Diki Suryaatmadja, bocah 12 tahun yang kuliah di Kanada

Diki Suryaatmadja, bocah 12 tahun yang kuliah di Kanada

Diki Suryaatmadja, bocah 12 tahun yang kuliah di Kanada
Cendikiawan Suryaatmadja (kiri) bersama Franky Tobing, salah seorang mentor di tim Olimpiade Fisika Indonesia.
Bocah 12 tahun asal Indonesia, Cendikiawan "Diki" Suryaatmadja, jadi buah bibir di Kanada. Pasalnya, dalam usia belia, Diki berhasil mendapat beasiswa di University of Waterlo, Ontorio, Kanada.

Per bulan ini, Diki memulai pengalaman akademiknya di dunia kampus, sekaligus menyandang status sebagai mahasiswa termuda di University of Waterloo. Diki akan menjalani studi fisika di kampus tersebut.

"Saya senang sekali, tapi sedikit gugup dengan transisi budaya," kata Diki, seperti dilansir CTV News.

Bocah kelahiran 1 Juli 2004 itu sudah tertarik dengan fisika sejak usia 9 tahun. Sejak itu pula dirinya berangan-angan menjadi fisikawan termuda paling hebat. "Fisika adalah ilmu yang dapat mengubah dunia," kata dia, seperti dikutip TheRecord.com, satu situs lokal di Waterloo.

Guna mengejar impiannya, Diki juga melatih keterampilan berbahasa Inggris secara otodidak.

Pengelola kampus turut bangga dengan Diki. "Dia sepenuhnya siap secara akademis" kata Andre Jardin, perwakilan kampus yang mengurusi bidang penerimaan mahasiswa baru.

Menurut Jardin, tim penerimaan mahasiswa meluluskan berkas Diki, sebelum memperhatikan usia, dan jenis kelaminnya. Mereka baru menyadari bahwa Diki masih berusia 12, ketika dinyatakan lulus seleksi.

"Kami ingin memastikan dia bisa bersosialisasi (dengan lingkungan barunya), serta memiliki pengalaman hebat dan sukses, seperti mahasiswa lainnya." ujar Jardin.

Di Kanada, Diki akan tinggal di luar kampus, berbeda dengan tradisi kebanyakan mahasiswa yang menetap di asrama. Ayahnya akan menemani Diki sembari bekerja.

Adapun University of Waterloo punya reputasi baik di Kanada. Times Higher Education --majalah yang spesifik meliput dunia pendidikan tinggi-- menempatkan University of Waterloo pada urutan 179 dalam daftar universitas terbaik dunia.

Jejak Diki di Indonesia

Dengan IQ 189, Diki memang terbilang anak jenius. Kecemerlangan Diki sudah terlihat sejak usianya masih terhitung bulan. "Umur 6 bulan sudah bisa bicara, meski cadel," kata ibunda Diki, Hanny, dilansir TribunNews (4 Mei 2015).

Radar Cirebon (20 Mei 2014) menulis, saat berusia 2, Diki mulai lancar berhitung, terutama dalam operasi pertambahan dan pengurangan. Aktivitas menulis mulai dilakukannya sejak usia 3. Di usia yang sama, dia juga mulai menguasai operasi perkalian dan pembagian.

Kemampuan itu diiringi dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Diki sering membaca buku-buku milik kakak perempuannya yang duduk di sekolah dasar. Acapkali, Diki melempar pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab orang tuanya.

Pada usia 6, Diki dimasukkan ke sekolah dasar. Dia loncat dari kelas I langsung ke kelas III. Setahun berikutnya, Diki dikirim orang tuanya ke Singapura. Sekira enam bulan di negeri jiran, Diki kembali ke Indonesia, dan diterima di SMA Kesatuan Bogor, Jawa Barat.

Sebelum masuk SMA, Diki mengikuti ujian Paket B. Ia tercatat sebagai peserta ujian termuda kala itu (Mei 2015).

Di Indonesia, Diki mendapat bimbingan (kurikulum khusus) dari Prof. Yohanes Surya, yang punya pamor sebagai cerdik cendekia bidang fisika.

Sebagai misal, di SMA Kebangsaan Diki sekadar belajar ilmu fisika saja. Sisanya dia habiskan dengan belajar sendiri, dan melalui pendampingan dari tim Yohanes Surya.

"Setiap hari saya juga belajar fisika bersama guru (Surya University) selama empat jam. Sisanya saya belajar sendiri," ungkap Dicky, dikutip Pojok Satu (12 Februari 2015).

Ia juga kerap mengikuti Olimpiade sains. Salah satunya, saat tercatat sebagai peserta termuda Olimpiade Fisika di Kazakhstan 2016.

Ihwal cita-citanya, dalam sebuah wawancara dengan Metro TV, Diki mengatakan ingin membuat penemuan-penemuan baru yang bisa mengubah dunia. "Saya ingin menjadi orang yang membanggakan Indonesia. Saya akan kembali ke Indonesia," kata dia.
Diki Suryaatmadja, bocah 12 tahun yang kuliah di Kanada


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...liah-di-kanada

---

semoga nggak jadi bahan komoditas oleh politikus
gile mantab gan

Quote:
ane mo pensiun ngaskus gan
makanya ane jual id ane yg thn 2004-2005

harga mulai 10rb/id+email aktif, pangkatnya newbie

bayarnya lewat pulsa /bagi pulsa

sms serius only gan
0858-5728-67-96
mantap kamu dek, ngikuti jejak om dulu
fisika wow keren
salut !
mau kembali ke indonesia katanya
yakin dek ?
juaraaaaa
Jangan sampai deh kl suatu saat kembali ke negara untuk mengabdi, malah tidak dihargai..
luar biasa, perlu di apresiai..
Kemudaan udah kuliah, harusnya jangan dipaksain hanya ngejar record, ibarat kata tanaman belom saatnya berbuah dipaksa berbuah.

Quote:Nasib Tragis Menimpa Orang Terpandai dengan IQ 250

Siapakah manusia terjenius yang pernah dimiliki dunia? Da Vinci? John Stuart Mills? Atau Albert Einstein seperti yang selama ini diperkirakan orang? Ketiganya memang dianggap jenius-jenius besar yang telah memberikan banyak pengaruh terhadap bidangnya masing-masing.

Tapi gelar manusia terjenius yang pernah dimiliki dunia rasanya tetap layak diberikan kepada William James Sidis. Siapakah ia? Mengapa namanya tenggelam dan kurang dikenal walau angka IQnya mencapai kisaran 250�-300?..

Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok pada usia 8 bulan. Pada usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu namanya menjadi langganan headline surat kabar : menulis beberapa buku sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomy dan astronomy.

Pada usia 11 tahun Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda. Harvardpun kemudian terpesona dengan kejeniusannya ketika Sidis memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para professor matematika.

Lebih dasyat lagi : Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan bisa menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan dalam sehari !!!! Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang seorang Psikolog handal berdarah Yahudi.

Boris sendiri juga seorang lulusan Harvard, murid psikolog ternama William James (Demikian ia kemudian memberi nama pada anaknya) Boris memang menjadikan anaknya sebagai contoh untuk sebuah model pendidikan baru sekaligus menyerang sistem pendidikan konvensional yang dituduhnya telah menjadi biang keladi kejahatan, kriminalitas dan penyakit. Siapa yang sangka William Sidis kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, 46 tahun

- sebuah saat dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya. Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Ironis. Orang kemudian menilai bahwa kehidupan Sidis tidaklah bahagia. Popularitas dan kehebatannya pada bidang matematika membuatnya tersiksa. Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Sidis memang sempat mengatakan kepada pers bahwa ia membenci matematika

- sesuatu yang selama ini telah melambungkan namanya. Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya sedikit memiliki teman.

Bahkan ia juga sering diasingkan oleh rekan sekampus. Tidak juga pernah memiliki seorang pacar ataupun istri. Gelar sarjananya tidak pernah selesai, ditinggal begitu saja. Ia kemudian memutuskan hubungan dengan keluarganya, mengembara dalam kerahasiaan, bekerja dengan gaji seadanya, mengasingkan diri. Ia berlari jauh dari kejayaan masa kecilnya yang sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya bahwa hidupnya adalah hasil pemolaan orang lain. Namun, kesadaran memang sering datang terlambat.

Mengharukan memang usaha Sidis. Ada keinginan kuat untuk lari dari pengaruh sang Ayah, untuk menjadi diri sendiri. Walau untuk itu Sidis tidak kuasa. Pers dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah berita. Kemanapun Sidis bersembunyi, pers pasti bisa mencium. Sidis tidak bisa melepaskan pengaruh sang ayah begitu saja. Sudah terlanjur tertanam sebagai sebuah bom waktu, yang kemudian meledakkan dirinya sendiri.
mantap gan salah satu bibit muda kita
Quote:Original Posted By OctoberTenth ?
mau kembali ke indonesia katanya
yakin dek ?

semoga aja ga omdo ya gan

Warbyasaaaah ya dek.
Selesai dari sana ingat rumah ya dek
jangan balik disana aja
bawa pulang ilmu yah
jgn lupa tanah kelahirannya mu ya
Quote:Original Posted By danmotor ?

semoga aja ga omdo ya gan



Iq tinggi ngelebihi einsten brey 186 itu gak maen maen 14 point lagi bisa nyamain de vinci

Lagian kasian dah kecil harusnya fokus belajar bukan kaya dijadiin sapi perah.
wow, ane aja umur segini gak dapet kuliah


yoo pejwan di trit HT

humu jangker belakang aja
Via: Kaskus.co.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top